Jadi Gak Jam 24.00 Naik



Timbal awalnya digunakan sebagai bahan aditif (tambahan) pada bahan bakar untuk membantu mengurangi ketukan mesin, meningkatkan nilai oktan, dan membantu melumasi dan membasahi katup dalam mesin kendaraan sehingga dapat memperlambat keausan mesin. Karena kekhawatiran akan efek samping berupa polusi udara dan sangat beresiko terhadap kesehatan, jenis bahan bakar bertimbal perlahan-lahan secara bertahap mulai ditinggalkan.



Untuk penjelasan lebih rinci tentang mengapa timbal digunakan sebagai bahan tambahan ke dalam bensin, penting bagi kita untuk sedikit memahami sedikit lebih lanjut tentang bensin dan apa yang membuat bahan bakar menjadi baik bagi mesin kendaraan. Bensin sendiri adalah produk dari minyak mentah yang terbuat dari atom-atom karbon yang bergabung menjadi rantai karbon. Panjang yang berbeda dari rantai karbon akan menciptakan bahan bakar yang berbeda. Sebagai contoh, metana memiliki satu atom karbon, propana memiliki tiga, dan oktana memiliki delapan atom dirantai karbonnya.

Rantai ini memiliki karakteristik yang berperilaku berbeda dalam berbagai keadaan seperti titik didih dan temperatur pengapian, yang bisa sangat bervariasi. Karena bahan bakar akan mengalami proses kompresi di dalam silinder motor, maka bahan bakar tersebut akan memanas. Jika bahan bakar mencapai suhu pengapian selama kompresi, maka bahan bakar akan terbakar pada waktu yang salah. Hal ini menyebabkan hilangnya daya mesin selain itu juga dapat menyebabkan kerusakan mesin. Bahan bakar seperti heptana (yang memiliki atom karbon 7 di rantai karbonnya) dapat terbakar dengan hanya sedikit kompresi. Oleh karena itu digunakanlah oktana sebagai bahan bakar kendaraan karena oktana cenderung dapat menangani kompresi dengan lebih baik.

Semakin tinggi kompresi di dalam silinder motor yang dapat dihasilkan, maka semakin besar daya yang bisa dikeluarkan oleh setiap langkah piston. Hal ini menyebabkan perlunya memakai bahan bakar yang dapat menangani kompresi yang lebih tinggi tanpa otomatis terbakar di saat yang salah. Semakin tinggi nilai oktan, maka semakin tinggi kompresi yang dapat ditangani oleh bahan bakar tersebut. Sebuah bahan bakar dengan nilai oktan 88 (contohnya premium) berarti bahan bakar tersebut merupakan campuran dari sebanyak 88% oktana dan 12 persen heptana, atau campuran dari bahan bakar dan bahan aditif lainnya yang memiliki kinerja yang setara dengan perbandingan 88/12.

Awal Penggunaan Bensin Bertimbal

Pada tahun 1919, Dayton Metal Products Co bergabung dengan General Motors. Mereka membentuk divisi penelitian yang diberi tugas untuk memecahkan dua masalah yaitu kebutuhan untuk mesin dengan kompresi tinggi untuk menghasilkan mesin dengan daya tinggi dan kekurangan pasokan bahan bakar untuk menjalankannya. Pada 9 Desember 1921, ahli kimia yang bernama Charles F. Kettering dan asistennya Thomas Midgley dan TA Boyd mencoba menambahkan timbal Tetraethyl pada bahan bakar yang digunakan untuk mesin yang sedang diuji di laboratorium. Ketukan pada mesin yang disebabkan oleh penyalaan bahan bakar yang dikompresi melewati temperatur pengapiannya tiba-tiba menjadi hilang. Karena hampir semua mobil pada masa itu mengalami masalah ketukan mesin ini, tim peneliti sangat bergembira akan solusi yang berhasil mereka capai ini.

Seiring waktu, produsen lain juga menemukan bahwa dengan menambahkan timbal pada bahan bakar dapat secara signifikan meningkatkan nilai oktan bahan bakar tersebut. Hal ini memungkinkan mereka untuk menghasilkan bahan bakar yang lebih murah bagi mesin mobil yang membutuhkan bahan bakar dengan nilai oktan yang tinggi. Manfaat lain yang kemudian berhasil diketahui adalah bahwa Tetraethyl dapat mencegah dan memperlambat katup mesin mengalami keausan.

Pro-Kontra Penggunaan Bensin Bertimbal

Masalah dengan timbal Tetraethyl telah dikenal bahkan sebelum perusahaan-perusahaan minyak besar mulai menggunakannya. Pada tahun 1922, ketika terdapat wacana untuk memproduksi bensin bertimbal, Thomas Midgley menerima surat dari Charles Klaus, seorang ilmuwan Jerman, yang menyatakan bahwa timbal merupakan racun yang dapat membahayakan bagi manusia maupun lingkungan dan memperingatkan bahwa telah terdapat beberapa korban yang jatuh dari pihak ilmuwan sendiri karena penggunaan timbal ini.

Hal ini tampaknya tidak mempengaruhi pendirian Midley, padahal ia sendiri juga mengalami keracunan timah selama fase perencanaan produksi bensin bertimbal. Sementara ia menjalani pemulihan di Miami, Midgley menulis kepada seorang insinyur industri minyak bahwa kemungkinan terjadinya keracunan di ruang publik adalah hampir mustahil, karena tidak ada orang yang secara berulang kali dimana tubuh mereka terkena oleh bensin yang mengandung timbal. Sementara pihak yang tidak menyetujui penggunaan bensin bertimbal melakukan upaya terakhirnya dengan menulis surat kepada asisten dokter spesialis bedah menyatakan bahwa timbal adalah ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.

Meskipun banyak pihak yang memperingatkan akan bahaya penggunaan bensin bertimbal, produksi bensin bertimbal tetap dimulai pada tahun 1923. Tidak butuh waktu lama bagi pekerja untuk mulai mengalami keracunan timbal. Pada pabrik DuPont di Deepwater New Jersey, para pekerja mulai mengalami keracunan satu per satu. Satu pekerja meninggal pada musim gugur di tahun 1923. Tiga meninggal pada musim panas 1924 dan empat lagi pada musim dingin 1925. Dan akhirnya, perhatian publik akan bahaya bensin bertimbal mulai meningkat ketika 5 pekerja meninggal dan 44 orang dirawat di Oktober 1924.

Dinas Kesehatan AS lalu mengadakan konferensi pada tahun 1925 untuk mengatasi masalah bensin bertimbal. Kettering memberikan testimoni untuk penggunaan timbal, menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan minyak bisa menghasilkan bahan bakar yang memiliki kualitas tinggi dengan penambahan timbal, dimana kebutuhan masyarakat akan bahan bakar tersebut semakin besar. Alice Hamilton dari Universitas Harvard mementahkan pendapat tersebut dan membeberkan bahwa bahan bakar jenis ini sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Namun, Dinas Kesehatan Masyarakat AS akhirnya tetap memperbolehkan bensin bertimbal untuk tetap berada di pasaran.

Akhir Penggunaan Bensin Bertimbal

Pada tahun 1974, ketika kerusakan lingkungan karena penggunaan bensin bertimbal mulai menjadi sangat jelas, EPA (Environmental Protection Agency) melarang penggunaan timbal dalam bensin. Selain itu, produsen mobil juga memperkenalkan teknologi terbaru yang digunakan untuk memenuhi standar emisi dengan menggunakan catalytic converter. Katalitik konverter menggunakan reaksi kimia untuk mengubah polutan, seperti karbon monoksida dan hidrokarbon berbahaya lainnya, menjadi karbon dioksida, nitrogen dan air. Namun, timbal tetraethyl akan cenderung menyumbat konverter ini membuat mereka akhirnya sama sekali tidak berguna. Dengan demikian, bensin tanpa timbal bahan menjadi satu-satunya pilihan untuk setiap mobil yang menggunakan teknologi catalytic converter.

Persyaratan oleh EPA, mekanisme kontrol emisi pada mobil, dan munculnya alternatif lain untuk meningkatkan nilai oktan akhirnya mulai menghentikan penggunaan bensin bertimbal secara luas. Pada tanggal 1 Januari 1996, penggunaan bahan bakar bertimbal untuk setiap kendaraan di jalan raya telah sepenuhnya dilarang. Namun bensin bertimbal masih diizinkan untuk digunakan pada kendaraan off road, pesawat terbang, mobil balap, peralatan pertanian, dan mesin kelautan. Baru-baru ini pada tanggal 27 Oktober 2011, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumumkan bahwa penggunaan bensin bertimbal global akan diberantas pada tahun 2013. Penggunaan bensin bertimbal masih diperbolehkan di 6 negara. Negara-negara tersebut yakni Afghanistan, Aljazair, Irak, Korea Utara, Myanmar dan Yaman.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Penggunaan Bensin Bertimbal

INVESTASIKAN DIRI ANDA