Kemuliaan Suku Quraisy Garis Keturunan Rasulullah SAW

Suku Quraisy merupakan suku yang merupakan asal muasal Nabi Muhammad SAW. Suku Quraisy dikenal sebagai salah satu suku terhormat di kalangan masyarakat Arab pada masa itu.

KH Moenawar Chalil dalam Tarikh Nabi Muhammad SAW  (2001) menjelaskan beberapa hipotesis mengenai hal tersebut.

Sebuah riwayat menyebutkan bahwa kata quraisy berasal dari kata qarisy yang berarti ‘hiu’. Sebab, kakek Nabi SAW ke-12 yakni an-Nadhar bin Kinanah dikabarkan menaiki kapal tersebut bersama rombongan.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba muncul seekor hiu berukuran besar. Para penumpang kapal panik, namun anak Kinanah dengan gagah berani menikam hewan tersebut.

Kepala ikan karnivora tersebut dipotong, lalu dibawa ke Mekah. Sejak saat itu, Nadhar mendapat julukan al-Quraish karena berhasil membunuh hiu berbahaya. Allah SWT memuliakan suku Quraisy sebagaimana disebutkan dalam Alquran, berikut sejumlah fakta mengenai kejayaan suku Quraisy.

 1. Nabi SAW bersabda, turunnya surat al-Quraish [106] ayat 1-4, merupakan cara Allah SWT memuliakan suku Quraisy karena kebiasaan mereka berdagang pada musim dingin dan musim panas. Artinya, kebiasaan ini memungkinkan mereka bertahan di musim sulit di rumah dan di area lain.

2. Kemuliaan suku Quraisy juga disebutkan oleh Nabi SAW sebagaimana diriwayatkan Muslim.

عن واثلة بن الأسقع رضي الله عنه ، قال: قال رسول اللالله صلى الله عليه وسلم : «إنَّ اللهَ اصْطَفى كِنانَة من وَلَد إسماعيل، واصْطَفى قُريشًا من كِنانة، واصْطَفى بَني هاشم مِنْ قُرَيش، واصْطَفاني مِنْ بني هاشم، فأنا سَيِّدُ وَلَد آدم ولا فَخْر، وأوَّلُ مَن تَنْشَقُّ عنه الأرض، وأوَّلُ شافع، وأوَّل مُشَفَّع 

Wāṡilah bin Al-Asqa' -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣhallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sungguh Allah telah memilih Kinānah di antara anak keturunan Ismail, lalu Allah memilih Quraisy di antara kabilah Kinānah, lalu memilih Bani Hāsyim di antara kabilah Quraisy, lalu memilihku di antara anak keturunan Hāsyim. Aku adalah pemimpin anak keturunan Adam, tanpa ada kesombongan. Aku adalah yang paling pertama dibangkitkan dari kubur, pemberi syafaat pertama, dan paling pertama diterima syafaatnya." 

3. Suku Quraisy sebagaimana diberitakan dalam Al-Quran secara tidak langsung mengetahui kebiasaan mendatangkan barang (impor) dan mengirim barang (ekspor). Mereka telah melakukan kegiatan hubungan perdagangan internasional. Pada musim dingin (Ash-Syita`) mereka berangkat ke Yaman

Di tempat ini mereka mengambil barang dagangan berupa kain sutera, barang pecah belah, rempah-rempah, bahan kapur barus, dan lain-lain, lalu mengirimkannya ke Syam (sekarang Syam) pada musim panas (ash-shaif) untuk dijual.

Sebaliknya, mereka mengambil barang dagangan berupa gandum untuk pembuatan roti dan buah dari Suriah lalu membawanya ke Yaman untuk dijual.

4. Yang dimaksud dengan ungkapan asy-syita`dan shaif adalah perjalanan yang biasa dilakukan kaum Quraisy pada masa itu untuk melakukan perdagangan. Daerah yang mereka pilih sebagai tujuan perjalanan adalah Yaman di selatan dan Suriah di utara kota Mekkah.

5. Kota Mekkah yang merupakan tempat tinggal suku Quraisy digunakan sebagai semacam kota transit (jalur perdagangan). Dalam Syaamil Al-Quran disebutkan bahwa kebiasaan berdagang suku Quraisy merupakan tradisi yang diwariskan secara turun temurun dan menjadi pekerjaan utama mereka. Mereka sangat terkenal dengan perdagangannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Islam menyebar ke berbagai pelosok negeri, juga melalui perdagangan tersebut.

6. Sedangkan pekerjaan lain seperti beternak unta, domba, dan sejumlah kecil kuda, serta pertanian, baru dilakukan setelah sebagian suku Quraisy tidak mempunyai pekerjaan lain karena keterbatasan modal dan perekonomian.

7. Selain kemuliaan tersebut, dalam hadis lain disebutkan:

  الأئمةُ من قُريشٍ إنَّ لي عليكم حقًّا وإنَّ لهم عليكم حقًّا مثلَ ذلك ما إن استُرحِموا رَحِموا وإن عاهَدوا وفُوا وإن حكمُوا عدَلوا فمن لم يفعلْ ذلك منهم فعليهِ لعنةُ اللهِ والملائكةِ والناسِ أجمَعين

“Dari Anas RA, Nabi SAW bersabda, 'Para Imam (pemimpin) itu dari Quraisy. Jika mereka memerintah, mereka adil. Jika berjanji, mereka memenuhinya, dan jika mereka diminta belas kasihan, mereka akan berbelas kasih. Siapa saja di antara mereka yang tidak berbuat demikian, maka dia akan mendapatkkan laknat Allah, laknat para malaikat, dan laknat seluruh manusia. Tidak dapat diterima taubat dari mereka dan tidak diterima pula tebusan (azab) dari mereka'.'' (HR Bukhari dalam Al-Anbiya', Abu Dawud, dan Imam Ahmad).      

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Penggunaan Bensin Bertimbal

INVESTASIKAN DIRI ANDA